PENDAFTARAN PROGRAM TARUNA

Senin, 28 Februari 2011

Yakinlah, Islam agama yang benar



SYUMULIYAH AL‑ISLAAM
(Kesempurnaan Islam)

Islam sebagai agama yang syumul (sempurna) berarti lengkap, dan mencakupi segala‑galanya yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan syumuliyah az-zaman (sepanjang masa), syumuliyahal‑minhaj (mencakupi semuanya) dan syumuliyah al‑makaan (semua tempat).

Islam sebagai syumuliyah az‑zaman dibuktikan dengan ciri risalah Nabi Muhammad SAW sebagai kesatuan risalah dan nabi penutup. Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW dilaksanakan sepanjang masa hingga hari kiamat.Islam sebagai syumuliyah al‑minhaj mencakupi beberapa aspek yang lengkap terdapat di dalam Islam itu sendiri misalnya jihad dan dakwah (sebagai penyokong Islam), akhlak dan ibadah (sebagai bangunan Islam) dan akidah (sebagai asas Islam). Aspek‑aspek ini menggambarkan kelengkapan Islam sebagai agama.

Islam sebagai syumuliyah al‑makaan karena Allah SWT yang menciptakan manusia dan alam adalah satu saja. Penciptanya alam ini hanya Allah saja sehingga satu ciptaan dan satu tempat maka semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan kepadanya.

Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna karena di dalam Islam mencakup akidah yang tercermin dengan syahadatain dan rukun iman. Islam juga mencakup ibadah yang tercermin dengan shalat, zakat, puasa dan haji. Di atas akidah dan ibadah tersebut bangunan dan sistern Islam tegak yang mencerminkan keseluruhan sistem kehidupan Islam seperti yang mencakupi sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kemiliteran, akhIak dan lain sebagainya. Tiang‑tiang penegak Islam yang merupakan bagian dari Islam ialah jihad dan amar ma'ruf nahi munkar. Sehingga dengan demikian syumuliyatul Islam adalah akidah, ibadah, sistem hidup dan cara penegakannya.

Sayyid Hawa memberikan pengertian diin al‑Islaam sebagai agama yang lengkap dengan menjelaskan berbagai makna dari din al‑Islaam itu sendiri. Islam adalah ad‑diin bagi seluruh nabi‑nabi dan rasul‑rasul sejak dari Adam AS sampai dengan nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah samawi yang terakhir. Islam juga berarti menerima segala perintah dan larangan Allah SWT yang terdapat di dalarn wahyu yang diturunkan kepada nabi. Manusia yang menyerahkan dirinya kepada Allah adalah seorang muslim sedangkan yang mengingkarinya adalah orang kafir. Nabi dan rasul adalah orang yang paling menerima segala perintah dan larangan Allah dan sepenuhnya berserah diri kepada Allah.

Islam berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah, oleh karena itu Allah tidak membiarkan satu umatpun tanpa didatangi rasul. Allah berfirman dalam surat AI Fatir:24 yang artinya "Dan setiap umat mempunyai seorang pemberi peringatan". Islam memiliki dua makna yaitu terhadap teks wahyu sebagai penjelas agama Allah dan terhadap amal manusia yang berkaitan dengan keimanan dan penerimaan total kepada teks wahyu tersebut. Dengan demikian sempurna struktur kenabian dan risalah samawiyah. Dengan kesempurnaan dan kelengkapan ini menjadikan seluruh umat manusia memerlukan Islam. Semua risalah dan syariat yang terdahulu dengan sendirinya terhapus serta tidak layak dan tidak perlu lagi diturunkan syariat baru sesudah risalah Muhammad.

Islam yang diserukan oleh Nabi Muhammad SAW dapat dikenal dari AI Quran dan as sunah yang telah diakui kehebatannya oleh para ulama hadits. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini merupakan hidayah yang sempurna untuk seluruh umat manusia. Allah menurunkan Islam ini secara sempurna dan menyeluruh sehingga tidak ada satu persoalanpun yang menyangkut kehidupan manusia yang tidak diatur oleh Islam baik yang berkaitan dengan hukum ataupun yang menyangkut masalah akidah, ibadah, politik, ekonomi, peperangan,perdamaian, undang‑undangan dan semua konsep hidup manusia. Kitab dan sunah telah menjelaskan semua persoalan yang berkait dengan akidah, ibadah, keuangan, sosial kernasyarakatan, perang dan damai, perundang‑undangan dan kehakiman, ilmu, pendidikan dan kebudayaan, hukum dan pemerintahan. Para ahli fikih mernformulasikan sernua persoalan yang dibahas oleh Islam menjadi persoalan akidah, ibadah, akhIak, muamalah 'uqubah (sangsi hukum) termasuk juga masalah hukum, akidah, pemerintahan, akhIak, dan ibadah. Selain itu masalah muamalah seperti transaksi keuangan, nikah, soal konflik, amanah, harta peninggalan, uman bagi si pencuri, pezina, penuduh zina dan kejahatan lainnya telah diatur oleh Islam.

Rasulullah bersabda yang artinya "Sesungguhnya Islam itu dibangun atas lima yaitu bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad hamba dan utusan Nya mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke baitullah dan puasa di bulan Ramadhan" (HR Bukhari Muslim). Hadits ini menunjukkan totalitas Islam yang tergambar di dalam lima dasar Islam tersebut. Lima dasar itu merupakan inti Islam. Di atas inti Islam itulah berdiri bangunan Islam yang menyeluruh. Di dalam. kitab shahih Bukhari akan dijumpai selain masalah akidah dan ibadah juga masalah lainnya yang dijelaskan oleh kitab, kitab fikih seperti masalah jual beli, hukum perjanjian, politik, sosial, akhIak dan lain sebagainya. Dengan demikian lima rukun tersebut merupakan lima dasar Islam yang di atasnya dibangun seluruh struktur bangunan Islam. Islam juga berarti agarna dakwah yang menyeru manusia untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar dan jihad fisabilillah. Dakwah dan jihad digunakan untuk menghadapi  jahiliyah yang merupakan lawan sepanjang zaman. Hal ini dikuatkan oleh sabda Nabi SAW kepada Abu Dzar ketika ia melakukan sesuatu yang tidak Islami, Rasulullah bersabda, 'Kamu benar‑benar berperangai jahiliyah" (HR Bukhari). Dalam. surat AI Ahzab: 33 Allah berfirman, "Dan janganlah kamu berdandan (berhias) dengan perempuan jahiliyah dahulu". Begitu pula dalam hadits yang artinya membawa Islam akan hancur sedikit demi sedikit apabila di kalangan Islam tumbuh orang yang tidak mengetahui jahiliyah. Dengan demikian kejahiliyahan akan menggerogoti kesempurnaan  Islam. Seluruh bagian ajaran Islam merupakan produk ilmu Allah sedangkan pemikiran atau tingkah laku yang bertentangan dengan Islam disebut jahiliyah. Oleh karena itu Islam adalah kesempurnaan mutlak, sedangkan jahiliyah adalah kedangkalan mutlak. Allah berfirman dalam surat AI Insan: 3 yang artinya "Sesungguhnya Kami menunjukinya pada jalan kebenaran, ada yang bersyukur dan adapula yang kafir".

Untuk menjelaskan totalitas Islam maka penggambaran sosok muslim secara lengkap dengan kesadaran Islam yang betul harus diketahui bahwa Islam tidak menerima sebagian‑sebagian tetapi Islam merupakan suatu totalitas. Oleh karena itu muslim wajib mengetahui Islam secara keseluruhan dan menjadikan seluruh tingkah lakunya sebagai sesuatu yang Islami. Islam merupakan gabungan antara sistem sosial dan moral, sistem politik, militer, pendidikan dan keuangan, kebudayaan. Islam yang total mencakupi rukun Islam, sistern kehidupan manusia dan tiang‑tiang penegak Islam. Islam sebagai pedoman hidup bagi manusia akan tercapai apabila manusia melakukan pemahaman dan pengamalan nilai‑nilai Islam tersebut sehingga menyatu dalam kepribadian seorang muslim.

Syumuliyah AI‑Islaam (Kesempurnaan Islam)

Allah SWT menyuruh manusia untuk masuk dan memeluk Islam secara keseluruhan, tidak setengah‑setengah. Menerima sebagian dan menolak sebagian berarti mengingkari Islam dan dapat mengganggu statusnya sebagai muslim. Syaitan senantiasa menggoda dan mempengaruhi manusia untuk mengikuti langkah dan strateginya sehingga manusia menjauhkan diri dari kesyumulan Islam atau melaksanakan sebagian sebagian saja. Dengan perintah ini menunjukkan bahwa Islam adalah sempurna dan kita mesti mengambilnya secara keseluruhan.

Dalil

Hai orang‑orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah‑langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Qs. Al Baqarah, 2:208

Untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang syumuliyatul Islam, maka perlu melihat makan syumuliyah itu dari berbagaia hal, yaitu:
1.       Syumuliyah Az.Zaman (Sepanjang Waktu) – Wihdah Ar‑Risaalah (Satu Risalah) ‑ Khaatam AI‑Anbiyaa, (Penutup Nabi);

Syumuliyah az‑zaman atau sepanjang masa berarti bahwa Islam sebagai sebuah risalah dibawa oleh nabi penutup yaitu Nabi Muhammad SAW itu sebagai satu‑satunya panduan hidup manusia. Islam pun agama sepanjang masa dari Nabi Adam. hingga Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya hingga hari kiamat. Nabi Muhammad SAW sebagai penutup nabi berarti tiada lagi nabi clan rasul setelahnya sehingga hanya risalah yang dibawa Nabi Muhammad saja yang diterima dan dibawa serta diikuti. Sifat risalah ini (Islam) adalah sepaniang masa hingga hari kiamat. Islam sebagai aturan hidup sepanjang masa juga menunjukkan bahwa Islam diperuntukkan kepada semua Alam semesta tidak terkecuali. Manusia sebagai khalifah bertugas menjaga, membangun dan memeliharanya.

Dalil
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. Qs. Saba', 34:28
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Qs. Al Anbiya', 21:107
Dan bertasbihlah kepada‑Nya di waktu pagi dan petang. Qs. Al Ahzab, 33:42

Hadits. Abu Daud Ath‑Thayalusi meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah RA dia berkata Rasulullah SAW bersabda, perumparnaan diriku dan para nabi seperti seorang yang membangun sebuah rumah. Dia menyelesaikannya dan memperindahnya kecuali tersisa pemasangan sebuah bata. Lalu orang yang masuk ke dalamnya dan melihatnya berkata , 'Alangkah bagusnya rumah ini. Sayang bata ini belum dipasang.' Akulah pemasang bata tersebut. Aku dijadikan penutup bagi seluruh nabi."

2.       Syumuliyah AI‑Minhaj (Kesempurnaan Pedoman)

Islam sebagai minhaj yang syumul didasari kepada asas akidah, dibina dari akhlak dan ibadah kemudian didukung oleh dakwah dan jihad.
Ø  AI‑Asaas (Dasar) : AI‑Aqiidah (Akidah) ; Asas dari Islam adalah akidah. Ini merupakan  dasar dari bangunan Islam. Tanpa akidah maka tidak akan kuat, bagaikan rumah tidak ada pondasinya. Kekuatan rumah dan bangunan di atasnya sangat dipengaruhi oleh kekuatan pondasi itu sendiri. Semakin kukuh dasamya maka semakin kuat bangunan di atasnya. Begitu juga dengan Islam yang sangat dipengaruhi oleh dasar pondasi. Bentuk bangunan juga dipengaruhi oleh pondasi dan kedalamannya.
Ø  AI‑Binaa (Bangunan) yaitu  AI‑Akhlaq (Akhlak) – Al ibaadah (Ibadah); Di atas pondasi bangunan Islam berdiri bangunan berupa akhlak dan ibadah. Kedua hal inilah yang nampak di permukaan dan kedua perkara ini yang menghiasi bangunan Islam. Bagus tidaknya bangunan Islam sangat bergantung kepada akhlak dan ibadah. Islam dikenal oleh masyarakat dan berinteraksi dengan lingkungannya melalui ibadah dan akhlak. Ibadah berarti hubungan manusia kepada Allah.
Ø  AI‑Mu'ayyidaat (Pendukung) : Al Jihad (Jihad) – Ad Da'wah (Dakwah) ; Untuk menjaga bangunan Islam agar hiasan Islam tetap terpelihara baik, pondasi tetap kuat dan kukuh serta dapat dimanfaatkan secara optimal maka perlu penjagaan dan dukungan. Dukungan ini adalah dalam bentuk dakwah dan jihad. Tanpa dakwah dan jihad maka bangunan Islam akan runtuh. Bagaikan rumah tidak ada atap maka rumah tidak akan berfungsi, rumah pun tidak dapat dimanfaatkan. Rumah tanpa atap akan menghancurkan hiasan rumah dan isinya. Tanpa dakwah dan jihad maka secara bertahap dan pasti akan melenyapkan Islam. Kerusakan didapati di semua tempat begitupun kehancuran yang lebih dahsyat akan dirasakan. Jihad dan dakwah adalah masalah yang penting di dalam Islam. Keduanya menunjukkan kesyumulan Islam itu sendiri.

Dalil

Hadits. Syahadatain (akidah) adalah rukun Islam yang pertama. Rukun Iman sebagai inti akidah.

Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar‑benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. Qs. Al Ankabut, 29:6
Dan orang‑orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar‑benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan‑jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar‑benar beserta orang‑orang yang berbuat baik. Qs. Al Ankabut, 29:69
Dan sesungguhnya Kami benar‑benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang‑orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatak:an (baik buruknya) hal ihwalmu. Qs. Muhammad, 47:31
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang‑orang yang beruntung. Qs. Ali Imran, 3:104
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. Qs. Al Lahab, 111:1-5
Katakanlah: "Dia‑lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada‑Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". Qs. Al Ikhlas, 112:1-4
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan‑Nya. dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk. Qs. Al Nahl, 16:125
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang‑orang yang berserah diri?" Qs. Fushilat, 41:33

3.       Syumuliyah AI‑Makaan (Seluruh Tempat) – Wihdah AI‑khaliq (Satu Pencipta) ‑ Wihdah Al kaun (Satu Alam)

Semua tempat di muka bumi ini adalah tempat yang sesuai dengan Islam. Demikian pula siapa pun orangnya dan dari mana asalnya tetap di bawah naungan Islam. Sernuanya itu adalah ciptaan Allah yang satu, sehingga semua ciptaannya diketahui oleh sang Pencipta. Ciptaan tersebut sama dari segi bahan dasarnya, misalnya manusia berasal dari "tanah", perbedaannya hanya dari segi penampilan. Mobil Toyota mempunyai mesin yang sama tetapi penampilannya dibuat lain dengan model yang berbeda‑beda, mengikuti tahun pembuatan atau keperluannya. Satunya Pencipta berarti satunya makhluk atau alam, maka Islam sesuai bagi sernua ciptaanNya.

Dalil

(Yaitu) orang,orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara‑biara Nasrani, gereja‑gereja, rumah‑rumah ibadat orang Yahudi dan masjid‑masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar‑benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Qs. Al Hajj, 22:40

Hadits. Az‑Zuhri meriwayatkan dari jubair bin Mut'im dari ayahnya RA, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Aku memiliki banyak nama. Aku bernama Muhammad, Ahmad, pemusnah kekafiran atas pertolongan Allah, pengumpul yang mengumpulkan, manusia pada kedua kakinya, dan pernungkas yang tiada nabi setelahnya."

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (vang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silib. bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, Ialu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda‑tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Qs. Al Baqarah, 2:163-164
Dia‑lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di burni untuk kamu dan Dia. berkehendak menuju langit, Ialu dijadikan‑Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Qs. Al Baqarah, 2:29
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka herjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki‑Nya. Dan hanya kepada‑Nya‑lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. Qs. Al Mulk, 67:15

Minhaaj Al Hayaah (Pedoman Hidup)

Dari berbagai uraian tersebut di atas, diketahui hanya Islamlah agama yang memiki keuniversalan ajaran, keuniversalan jangkauan ruang dan waktu. Hal ini tidaklah aneh. Karena hanya ajaran Islamlah agama yang diridhoi di sisi Allah. Dan tentunya, ketika ajaran agama ini ditujukan buat kepentingan manusia kapan dan dimanapun ia berada, tidaklah mengherankan jika akhirnya ajaran agama inilah yang paling sesuai dengan fitrah insaniyah manusia. Di antara kesesuaian tersebut adalah tidak adanya yang dicederai dari fitrah manusia, melainkan fitrah manusia itu di tarbiyah untuk tetap terjaga derejat kemuliaannya. Dalam tarbiyah dilakukan Tansyi'ah (pembentukan, riayah(pemeliharaan), Tanmiyah (pengembangan), taujih (pengarahan) dan tauzhif (pemberdayaan). Kesempurnaan Islam dengan ciri syumul dari segi waktu, minhaj dan tempat menunjukkan Islam sebagai agama yang paling sesuai untuk dijadikan panduan hidup (minhaj al‑hayat). Islam mencakupi keseluruhan kehidupan dan mengatur manusia serta menjaga kestabilan alam.


Ditulis oleh : Rohmadi Ibn Saib, Direktur PP Tahfizh Ahmad Dahlan Ponorogo, Staff Pengajar Pesantren Darut Tilawah (PEDATI) Ponorogo

تفسير القرأن الكريم سورة الإنسان


Oleh: Rohmadi Ibnu Saib[1]

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا (1) إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (2) إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا (3) إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَلَاسِلَ وَأَغْلَالًا وَسَعِيرًا (4) إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا (5)
(1) Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?  (2) Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur [antara benih lelaki dengan perempuan] yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat. (3) Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (4) Sesungguhnya kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala. (5) Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kâfûr [suatu mata air di surga yang airnya putih dan baunya sedap serta enak sekali rasanya].
ORIENTASI HIDUP MANUSIA
Pada awal surat ini (ayat 1-5) Allah SWT menerangkan keadaan manusia dari sebelum, disaat dan setelah penciptaannya[2]. Perjalanan ‘bakal calon’ manusia  itu melalui suatu waktu dari sebuah masa (yang waktu itu manusia belum wujud, belum bisa disebut nama dan belum diketahui apa yang akan terjadi padanya kecuali Allah SwT)[3].
Setelah itu Allah SWT menciptakan Adam AS dan dari Adam itu diciptakanlah pasanganya[4]. Adam dan istrinya merupakan manusia wujud yang diberi kemampuan untuk melakukan reproduksi keturunan (berupa anak laki-laki maupun perempuan)[5] dengan cara yang diajarkan Allah SwT kepadanya yaitu mencampurkan ‘benih’ manusia yang terkandung dalam air mani laki-laki (putih-kasar) dan perempuan (kekuningan-lembut)[6].
Percampuran air mani itu bukan merupakan sesuatu yang main-main (tanpa tujuan), bahkan sebaliknya, percampuran itu memiliki orientasi yang jelas dari Allah SwT, yaitu kelak manusia akan diuji dengan perintah dan larangan, kesusahan dan kesenangan juga kebaikan dan keburukan[7]. Menurut Ibnu Katsir, kata nabtaliihi itu semakna dengan surat Al-Mulk ayat 2[8].
Karena itulah Allah SwT, menjadikan manusia bisa mendengar dengan pendengaran dan melihat dengan penglihatan yang mana keduanya itu adalah ciptaan Allah SwT sebagai modal dasar manusia untuk menjalani ujian yang akan dibebankan pada dirinya.
Sampai di sini sudah mulai jelas pengarahan orientasi hidup manusia, yaitu menjalani ujian dari Allah SwT, dengan kata lain manusia hidup adalah untuk menghadapi ujian sehingga terungkaplah istilah bahwa hidup adalah ujian. Akan tetapi Allah Yang Maha Rahman tidak akan mendholimi manusia, maka Dia membekali manusia dengan dua potensi: yaitu pendengaran dan penglihatan. Setelah itu manusia dihadapkan pada ujian yang sesungguhnya, yaitu ujian untuk memilih jalan hidup[9]. Namun pada aslinya Allah SwT telah menunjuki manusia jalan yang benar (lurus), namun Allah SwT sepertinya memang jauh dari sikap memaksa, sehingga memberikan kesempatan kepada manusia untuk bersyukur dengan segala nikmat itu (terkhusus adalah nikmat pendengaran dan penglihatan) ataukah akan menjadi manusia yang kufur[10].
Sebagaimana juga dalam surat Al-Kahfi dan surat Asy-Syams, Allah SwT senantiasa membarengi kebebasan memilih itu dengan sebuah gambaran bagaimana jika manusia mengikuti jalan yang lurus dan bagaimana jika sebaliknya. Pun demikian dalam surat ini, Allah SwT juga mengiringinya dengan gambaran bahwa “ (4) Sesungguhnya kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala. (5) Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman[11]) yang campurannya adalah air kâfûr”.
3 CIRI MEREKA YANG MENETAPI JALAN YANG LURUS
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا (6) يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا (7) وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا (9) إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (10)
(6) (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. (7) Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. (8)  Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (9)  Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (10)  Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.
Air kâfûr itu tafsirannya adalah sebagaimana dalam ayat itu sendiri, “(yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.[12]
Nah, siapa saja yang termasuk orang yang mengambil jalan syukur sehingga mendapatkan minuman dengan gelas yang berisi air kâfûr itu? Mereka adalah (1) orang yang menunaikan nazar[13]; (2) orang yang takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana[14]. Karena takut, maka dia meninggalkan hal-hal yang dapat menyebabkan mereka masuk ke dalamnya, termasuk ke dalam hal itu adalah segala yang diharamkan Allah SwT (muharramat)[15]; (3) orang yang memberikan makanan yang disukainya[16] kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan[17] dengan 3 alasan dasar: (1) hanya mengharapkan keridhaan Allah; (2) tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih; (3) takut akan (azab) Allah pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam (karena sempit hatinya) penuh kesulitan (yang panjang).
KEINDAHAN SURGA
Adapun bagi mereka yang mengambil jalan lurus, mereka menuju surga dan mendapat jaminan dari Allah SWT. Surga adalah termasuk hal yang ghaib bagi kita saat ini, maka tiada banyak manfaat kita menerangkannya kecuali cukuplah memahami apa yang telah digambarkan oleh-Nya.
Namun sebelum lebih jauh membaca ayat tentang surga ini, perlu kita kita ketahui bersama bahwa meskipun di surga itu ada beberapa nama yang sama dengan nama-nama di dunia ini, namun demikian hal itu sama sekali tidaklah sama apa yang ada di dunia ini, bahkan lebih baik berlipat ganda. Rasulullah SAW bersabda bahwa kenikmatanya tiada pernah terlihat sebelumnya oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terdetik dalam hati manusia[18].
فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (11) وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا (12) مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا (13) وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلًا (14) وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآَنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيرَ (15) قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا (16) وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا (17) عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا (18) وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا (19) وَإِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيمًا وَمُلْكًا كَبِيرًا (20) عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ وَحُلُّوا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ وَسَقَاهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا (21) إِنَّ هَذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَكَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُورًا (22(
(11) Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu[19], dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (12). Dan dia memberi balasan kepada mereka Karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, (13).  Di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. (14). Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (15).  Dan Diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (16).  (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang Telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. (17).  Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe (18).  (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. (19). Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan. (20).  Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (21) Mereka memakai Pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. (22).  Sesungguhnya Ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).
PENEGUH KEIMANAN
Pada penghujung surat, Allah SWT menyampaikan tentang hal-hal yang dapat meneguhkan keimanan manusia agar mereka tetap berpegang teguh kepada kebenaran. Al-Quran diturunkan berangsur-angsur juga dalam rangka meneguhkan keimanan itu, bahkan sebagian ayat turun adalah dalam rangka menjawab kerisauan hati dan pertanyaan kaum muslimin ketika itu yang hikmahnya masih berlaku sepanjang jaman.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ تَنْزِيلًا (23)
(23) Sesungguhnya kami Telah menurunkan Al Quran[20] kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur[21];
TARBIYAH RUHIYAH
Selanjutnya Allah menganjurkan agar manusia setelah mengetahui isi Al-Quran, agar senantiasa bersabar dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya; tidak boleh mengikuti jejak langkah orang-orang durjana juga orang-orang kafir[22]; agar senantiasa berdzikir (shalat) diwaktu pagi (subuh) dan petang (ashar)[23]; selalu mendirikan shalat lail dan bertasbih yang banyak;
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آَثِمًا أَوْ كَفُورًا (24) وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (25) وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا (26)
 (24) Maka Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka; (25) Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang; (26) Dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari;
Orang-orang kafir benar-benar tidak tahu diri
Kehidupan dunia sekarang ini (al-âjilah), merupakan tahapan menuju kehidupan akherat. Di akherat hanya ada dua tempat yaitu surga dan neraka. Bagaimana kondisi kehidupan pada masing-masing tempat itu telah dijelaskan oleh Allah dalam al-Quran, dan tidaklah al-Quran itu diturunkan kecuali untuk menghindarkan manusia dari kesusahan di alam akherat (neraka). Seharusnya manusia memilih surga karena gambaran keindahannya benar-benar akan terjadi dan menjauhi amalan-amalan yang mengantaarkan mereka kepada neraka karena janji Allah tentang hal itu juga pasti.
Namun demikian, orang kafir tetaplah orang kafir. Mereka lebih memilih kehidupan dunia. Padahal Allah telah menegakkan persendian mereka, menghidupkan mereka dan memberikan segala yang mereka butuhkan untuk hidup, mereka tetaplah menjadi orang kafir, padahal jika Allah menghendaki bisa saja mereka dilenyapkan oleh Allah dan diganti dengan manusia yang lain.
إِنَّ هَؤُلَاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا (27) نَحْنُ خَلَقْنَاهُمْ وَشَدَدْنَا أَسْرَهُمْ وَإِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَا أَمْثَالَهُمْ تَبْدِيلًا (28)
(27) Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat); (28) Kami Telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila kami menghendaki, kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka;
Lagi-lagi Allah menahan murka-Nya dan mendahulukan rahmat-Nya[24]. Semua kejahatan mereka seakan-akan masih ditolelir oleh Allah SwT dan Dia lebih suka menjadikan semua itu sebagai peringatan dan pilihan hidup dengan konsekwensi yang berat di akherat.
إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلًا (29) وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا (30) يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمِينَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (31)   
 (29) Sesungguhnya (ayat-ayat) Ini adalah suatu peringatan, Maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya; (30) Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah[25]. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana; (31) Dan memasukkan siapa yang dikehendakinya ke dalam rahmat-Nya (surga) dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.
REFERENSI:
Al-Quran al-Kariim dan terjemah Depag RI
Tafsir Ibnu Katsir
تفسير القرآن العظيم, المؤلف : أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي [ 700 -774 هـ ]المحقق :  سامي بن محمد سلامة / الناشر : دار طيبة للنشر والتوزيع, الطبعة : الثانية 1420هـ - 1999 م, عدد الأجزاء : 8, مصدر الكتاب : موقع مجمع الملك فهد لطباعة المصحف الشريف
Tafsir Al-Qurthubi
تفسير القرطبي / القرطبي، شمس الدين (600 - 671هـ، 1204 - 1273م).
Tafsir Ibnu Abbas
الكتاب : تنوير المقباس من تفسير ابن عباس/ المؤلف : ينسب لابن عباس رضي الله عنهما/ مصدر الكتاب : موقع التفاسير
Tafsir As-Sa’dy
لكتاب : تيسير الكريم الرحمن في تفسير كلام المنان /المؤلف : عبد الرحمن بن ناصر بن السعدي /المحقق : عبد الرحمن بن معلا اللويحق / الناشر : مؤسسة الرسالة / الطبعة : الأولى 1420هـ -2000 م / عدد الأجزاء : 1 / مصدر الكتاب : موقع مجمع الملك فهد لطباعة المصحف الشريف


[1] Direktur Pondok Tahfizhul Qur’an Ahmad Dahlan Ponorogo. Makalah Disampaikan pada agenda Tarbiyah Tsaqafiyah di Masjid MIT Bhakti Ibu Kota Madiun, 21 Nopember 2010
[2] تفسير السعدي - (ج 1 / ص 900
[3] Di dalam Tafsir Ibnu Abbas (تنوير المقباس - (ج 2 / ص 119 disebutkan bahwa satu waktu dari suatu masa itu adalah selama 40 tahun, wallohu a’lam bish showab
[4] Lihat Surat An-Nisa’ (4) ayat 1
]يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا [
[5] Ibid.
[6] Tafsir Ibnu Abbas (تنوير المقباس - (ج 2 / ص 119
[7] ibid
[8] (تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص286
[9] تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 286
وقوله: { إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ } أي: بيناه له ووضحناه وبصرناه به، كقوله: { وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى} [فصلت : 17 ] ، وكقوله: { وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ } [ البلد : 10 ] ، أي: بينا له طريق الخير وطريق الشر. وهذا قول عكرمة، وعطية، وابن زيد، ومجاهد -في المشهور عنه-والجمهور
[10] Hal serupa juga pernah disampaikan oleh Allah SwT dalam surat Al-Kahfi (18): 28; dan surat Asy-Syams (91): 8 – 10
[11] Menurut Ibnu Abbas gelas itu berisi khamer. تنوير المقباس - (ج 2 / ص 119
[12] تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 287)
والتفجير هو الإنباع، كما قال تعالى: { وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا } [الإسراء : 90] . وقال: { وَفَجَّرْنَا خِلالَهُمَا نَهَرًا } [الكهف : 33]
[13] تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 287)
أي: يتعبدون لله فيما أوجبه عليهم من [فعل] الطاعات الواجبة بأصل الشرع، وما أوجبوه على أنفسهم بطريق النذر
[14] تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 288)
قال ابن عباس: فاشيًا. وقال قتادة: استطار -والله-شرّ ذلك اليوم حتى مَلأ السماوات والأرض.
[15] تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 288)
ويتركون المحرمات التي نهاهم عنها خيفة من سوء الحساب يوم المعاد، وهو اليوم الذي شره مستطير، أي: منتشر عام على الناس إلا من رَحِمَ الله  و في تفسير السعدي - (ج 1 / ص 901 قيل: أي: منتشرا فاشيا، فخافوا أن ينالهم شره، فتركوا كل سبب موجب لذلك
[16] Menurut As-Sa’dy (تفسير السعدي - (ج 1 / ص 901), makanan itu adalah makanan yang sangat disukainya namun dia berikan karena kecintaan mereka kepada Allah dan berharap kebaikan dari-Nya, dan menurut Ibnu Abbas (تنوير المقباس - (ج 2 / ص 119), hal itu karena jumlahnya yang sebenarnya tidak mencukupi karena sedikit bahkan dia sendiri bernafsu untuk memakannya, namun dia lebih mementingkan orang lain dari pada diri sendiri.
[17] تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 288)
وأما الأسير: فقال سعيد بن جبير، والحسن، والضحاك: الأسير: من أهل القبلة. وقال ابن عباس: كان أسراؤهم يومئذ مشركين. ويشهد لهذا أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمر أصحابه يوم بدر أن يكرموا الأسارى، فكانوا يقدمونهم على أنفسهم عند الغداء، وهكذا قال سعيد بن جبير، وعطاء، والحس، وقتادة
[18] )4406: صحيح البخاري - (ج 14 / ص 456 نمرة
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ  }فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ {
[19] Kesusahan di neraka diantaranya disebutkan Allah dalam surat An-Nisa’ (4): 56 & An-Naba’ (78): 23-25
[20] تفسير السعدي - (ج 1 / ص 901)
 فيه الوعد والوعيد وبيان كل ما يحتاجه العباد، وفيه الأمر بالقيام بأوامره وشرائعه أتم القيام، والسعي في تنفيذها، والصبر على ذلك.
[21] (120 تنوير المقباس - (ج 2 / ص) متفرقاً آية وآيتين وسورة
[22] Lihat Surat Al-Ahzab (33) : ayat 1
[23] Ibnu Abbas (تنوير المقباس - (ج 2 / ص 120 menyatakan bahwa shalat itu adalah shalat Fajar, dhuhur dan ashar (غدوة وعشياً يعني صلاة الفجر والظهر والعصر), sedangkan menurut As-Sa’dy   (تفسير السعدي - (ج 1 / ص 901 adalah shalat wajib dan sunnah beserta dzikir, tasbih, tahlil dan takbir di waktu-waktu itu (أي: أول النهار وآخره، فدخل في ذلك، الصلوات [ ص 903 ] المكتوبات وما يتبعها من النوافل، والذكر، والتسبيح، والتهليل، والتكبير في هذه الأوقات
[24] تفسير القرطبي - (ج 8 / ص 323
وقال الكلبي: " الكلمة " أن الله أخر هذه الامة فلا يهلكهم بالعذاب في الدنيا إلى يوم القيامة، فلولا هذا التأخير لقضي بينهم بنزول العذاب أو بإقامة الساعة.
[25] إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ     [[القصص/56